Sunday, March 30, 2014

Review: Touche #2 Alchemist

Judul: Touche Alchemist
Penulis: Windhy Puspitadewi
Terbit: Maret 2014
Tebal: 224 Halaman
Harga: Rp 48.000
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis
Hiro Morrison, anak genius keturunan Jepang-Amerika, tak sengaja berkenalan dengan Detektif Samuel Hudson dari Kepolisian New York dan putrinya, Karen, saat terjadi suatu kasus pembunuhan. Hiro yang memiliki kemampuan membaca identitas kimia dari benda apa pun yang disentuhnya akhirnya dikontrak untuk menjadi konsultan bagi Kepolisian New York.

Suatu ketika pengeboman berantai terjadi dan kemampuan Hiro dibutuhkan lebih dari sebelumnya. Pada saat yang sama, muncul seseorang yang tampaknya mengetahui kemampuannya. Kasus pengeboman dan perkenalannya dengan orang itu mengubah semuanya, hingga kehidupan Hiro menjadi tidak sama lagi.

Review
Begitu melihat dari tampak luar saya langsung tertarik dengan rantai karbon dan reaksi yang terpampang di papan tulis. Maklum saja, gambar di cover tersebut juga berkaitan dengan jurusan yang saya ambil di bangku kuliah, Kimia.

Sebelum berhadapan dengan prolog dan bagian-bagian dari rangkaian cerita di dalam nya, saya sedikit bingung dengan keberadaan peta Manhattan, New York. Judul nya menggunakan penambahan "Alchemist" tetapi kenapa di dalam nya seperti mau belajar geografi. Ternyata makin ke belakang kita akan mengetahui alasan dibalik penyisipan peta ini.

Di awal cerita pertemuan Hiro dengan Karen saya mulai agak gondok, karakter Hiro ini digambarkan sebagai sosok yang merasa paling hebat sejagat raya dan senang merendahkan orang lain. Yang paling menarik karena saat membaca nya kita turut memasukkan logika, seperti masuk akal nggak sih kejadian seperti ini dengan analisanya. Menebak-nebak kasus yang sedang di hadapi dan apa ada kemungkinan seperti yang kita pikirkan terjadi atau tidak. Meskipun tergolong fiksi tetapi ceritanya sedikit banyak membuat kita menggunakan otak dan nggak asal melewatkan halaman demi halaman begitu saja.

Penjalasan di atas meskipun terkesan berat tetapi karena dikemas dengan bahasa yang masih dapat dicerna remaja nggak akan mengerikan di banding membaca novel zaman dahulu kala. Satu hal yang membuat saya menahan tawa, kesan karakter yang serius dan intelektual ternyata tidak selamanya sempurna, apa lagi ketika ia memiliki kebiasaan yang tergolong aneh. Saya menangkap lelucon Hiro tentang fisik Detektif Hudson, dari sanalah juga terlihat sosok intelektual tersebut sebenarnya juga masih kekanak-kanakkan walau dengan bahasa yang dibuat serius.

Dari sisi hubungan Hiro dan Karen sebenarnya agak sedikit mengecewakan karena tidak muncul sedikit pertanda apa pun. Entah hanya pendapat saya atau memang sikapnya kepada Karen yang terlalu datar. Mungkin lebih baik kalau penulisnya menuangkan sedikit lagi "bumbu" tersirat. Kemudian ada dua hal yang saya catat masih terkesan menggantung sampai di akhir buku. Mengenai tulisan Karen dan Percobaan yang dilakukan Hiro di Laboratorium sendirian.

Di bagian akhir, kita seakan benar-benar di ajak menebak dan menganalisis berbagai kemungkinan yang terjadi. Ternyata peta yang terlampir di halaman depan berguna di akhir cerita. Saya bahkan tidak berhasil menebak dimana kasus berikutnya akan terjadi melalui "kunci" yang cukup rumit tersebut. Untuk yang tidak membaca Touche #1 mungkin akan berpikir kalau pelakunya adalah sosok yang hobi membawa peta kesana kemari. Kemampuan Hiro juga sedikit membuat Detektif Hudson agak putus asa di akhir cerita karena lawan nya pun tak kalah teliti melancarkan aksinya. Bahkan ketika semua terbongkar Hiro yang selalu mengatakan dirinya genius itu melewatkan satu hal yang tak kalah penting. Membuat seseorang dalam bahaya. Bagi saya, penulis berusaha memasukkan pesan penting bahwa tidak ada yang sempurna sekali pun ia genius.

Secara keseluruhan saya benar-benar menyukai cerita ini dengan mengesampingkan karakter Hiro yang menyebelkan itu, tapi sebenarnya cerita ini nggak akan hidup juga kalau tokoh Hiro tidak dibuat seperti itu. Kisah yang membutuhkan logika dan nggak melulu tentang cinta-cintaan anak SMA. Tapi tetap saja dua hal yang menggantung tadi, masih membuat penasaran sampai review ini di tulis.

4,0 dari ★★★★★

No comments:

Post a Comment