Sunday, May 25, 2014

Review: Janji Hati


Judul: Janji Hati
Penulis: Elvira Natali
Terbit: Juni 2013
Harga: Rp 45.000
Tebal: 280 Halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis
Tadinya, Amanda Tavari nyaris putus asa menanggapi sikap Dava. Tapi, gara-gara tak sengaja melukai cowok itu, Amanda telanjur berjanji akan melakukan apa pun agar Dava memaafkannya. Lalu Amanda tersenyum heran menyaksikan cowok itu bisa bersikap lemah lembut ketika mengajar anak-anak panti asuhan.

Tadinya, Dava Argianta sangat membenci cewek ceroboh yang menghancurkan impiannya itu. Namun belakangan, Amanda malah menjadi sosok malaikat tanpa sayap yang selalu ada di saat ia membutuhkan bantuan. Dava mendesah lirih, bagaimana mungkin dirinya bisa membenci cewek yang berhasil mengembalikan tawanya yang bertahun-tahun hilang?

Sayangnya, kedekatan Amanda dengan Dava memunculkan kembali luka lama yang selama ini ditutup rapat oleh waktu. Luka lama yang membuat Dava maupun Amanda sangat tersiksa. Luka lama yang mengantarkan mereka berdua pada kebenaran yang menyakitkan…

“Saya sangat senang dengan cara Elvira menyampaikan pesan dalam Janji Hati ini, yang dibuat ringan hingga bisa dibaca di mana pun. Content-nya segar dan mudah dipahami siapa pun yang membacanya. Vira berhasil memotret kehidupan sehari-hari dengan tema yang tak terduga, tapi sebenarnya cukup sering terjadi di sekitar kita. Gayanya sederhana namun kreatif; pesannya merasuk ke sukma dan menusuk kalbu. Baca buku ini, perjuangkan mimpi Anda, dan berkaryalah untuk negara kita tercinta. Indonesia, Pasti Bisa!”
MERRY RIANA
Motivator Wanita No.1 di Indonesia & Asia
Tokoh Biografi Mega Best-Seller Mimpi Sejuta Dolar
Radio Host 'The Merry Riana Show' on Sonora Network

“Semua karakter dalam cerita ini berhasil membawa saya ke level emosi yang paling dalam.”
RUDI SOEDJARWO
Sutradara Garuda Di Dadaku 2
www.underdogkickass.com

“Janji Hati, sebagaimana judulnya, menjanjikan keajaiban dari indahnya hati, persis seperti milik Amanda Tavari. Dan lewat goresan tintanya, Elvira pun menjanjikan banyak keindahan pada masa depan.”
WIWIEN WINTARTO
Novelis Fade In Fade Out

Review
Akhirnya saya berhasil membaca dan menyelesaikan buku yang sudah di beli sejak tahun lalu. Jujur, untuk covernya memang cantik sekali. Saya membayangkan ceritanya juga akan di kemas secantik pembungkusnya, Tapi.....

Sunday, May 4, 2014

Review: The Knight's Night

Judul: The Knight's Night
Penulis: Maureen Theodora
Terbit: Februari 2014
Harga: Rp 50.000
Tebal: 248 Halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis
AKULAH sosok itu. Anak laki-laki yang telah bertransformasi menjadi pria muda bernama Sabian Krishadinata. Akhir-akhir ini aku lumayan sering melakukan kegiatan ini. Duduk, berpikir, dan merenung. Namun, aku sendiri juga tak tahu apa yang aku pikirkan. Mungkin salah satunya tentang hidupku. Kadang rasanya begitu menyenangkan, tapi terkadang aku justru merasa begitu hampa. Kedua hal itu datang silih berganti bagaikan gelombang panjang yang kadang mencapai titik amplitudonya, namun terkadang jatuh hingga ke lembah terdalam. Sering tebersit di benakku, apa sebenarnya tujuan hidup manusia, apa yang mereka cari, dan apakah hidup itu hanya rutinitas yang harus terus dilakukan sampai maut menyudahinya?

Wow! Habis baca novel ini, rasanya ingin langsung lompat naik pesawat ke Bali dan memeluk Bian. Kisah yang manis tentang perjuangan mengejar kebahagiaan, dituturkan dengan apik oleh Maureen sehingga bikin pembacanya pun ikut gemas dan terhanyut dalam pencarian itu. Apalagi ditambah bumbu-bumbu intrik yang membuat alur novel ini semakin meliuk tajam. Buckle up and be ready to join the journey!
— Debbie Widjaja; novelist & entrepreneur

Review
Admin paling nggak jelas kembali ke peradaban setelah menyibukkan diri dengan setumpuk ujian teori maupun praktikum. Terus siapa yang nanya? Nggak ada, oke.

Alasan di balik kenapa saya membeli buku ini sangat sederhana, karena penulisnya pernah men-tweet kutipan di dalam TeenLit ini yang membuat saya cukup jatuh hati. Jadilah pada saat KG Fair bulan April lalu saya membelinya, mumpung diskon juga hihihi.... Dan sekarang waktunya melancarkan aksi sebagai komentator, meskipun saya nggak bisa menulis novel yang penting komen, iya nggak? Sebelum membaca bukunya dan tanpa mendapat bocoran , saya menebak-nebak isi ceritanya dalam hati. Dari covernya saya menangkap satu hal, impian. Entah kenapa bisa berpikir ke arah sana.

Wednesday, April 9, 2014

Review: 3600 Detik The Movie (Spoiler Alert)

Sebelum membaca komentar saya di bawah ini, ada satu hal yang harus di garis bawahi. Menurut saya bukannya film adaptasi ini jelek tetapi mengubah sesuatu akan membuat ekspektasi penonton yang telah membaca novelnya menjadi agak rusak. Kalau saja film ini tidak mengadaptasi dari novel, mungkin ceritanya oke-oke saja untuk di saksikan. Tetapi bayang-bayang yang ada di novel seakan sirna ketika menontonnya, yang saya dapat hanya feel persahabatan Leon dan Sandra.

Dua karakter yang menjadi pusat perhatian adalah Leon yang diperankan oleh Stefan William dan Sandra yang di perankan oleh Shae. Dari sisi persahabatan mereka yang begitu erat, jujur saja saya juga merasakan hal tersebut. Keduanya memerankan karakter ini dengan cukup baik. Film yang cukup ringan mengingat adaptasinya pun berasal dari novel remaja. Kembali lagi ke sisi aktor yang memerankan, setidaknya masuk akal ketika Stefan William dan Shea yang berwajah campuran mempunyai orang tua yang wajahnya masih sebelas dua belas.

Sekarang waktunya kita masuk ke cerita yang di tampilkan. Di bagian awal kekecewaan pertama saya muncul, seharusnya Leon dan Sandra tidak berada di kelas yang sama. Ini masih bisa di maafkan, Untuk mempermudah pengambilan gambar, mungkin.... Masuk ke bagian kedua yang membuat saya kecewa. Sandra tidak sedikit pun mengetahui tentang penyakit yang di derita Leon, padahal seingat saya di novelnya, Sandra sudah mengetahuinya tetapi ia seakan tak peduli di awalnya. Hal ketiga yang membuat saya kecewa, tidak ada nya sekilas penampakkan pun tentang penyakit yang di derita Leon, rasanya mulai melenceng jauh. Ke-empat, ternyata Leon di filmnya di ceritakan sebagai penderita kanker darah alias leukemia. HAH? Pikiran saya langsung menerawang jauh ketika membaca bukunya, penyakit yang di derita Leon seharusnya kelainan jantung sejak kecil. Kenapa dirubah sejauh ini? Menyebalkan.

Di akhir cerita, jujur saja saya mengharapkan ending yang sama dengan bukunya. ketika Sandra datang ke makam Leon. Tapi sudahlah itu nggak akan mungkin, toh Papa Leon yang di gambarkan sebagai dokter saja tidak ada di filmnya. Jadi lah kekecewaan saya makin bertambah.

Sudah lah sepertinya saya terlalu banyak membuat kritik. Bagian yang membuat saya tersenyum karena tidak di hilangkan adalah tragedi sandal ketika ulang tahun Leon. Kejadian di toko CD, yang menampilkan betapa "gila"-nya Sandra. Hal lain yang dapat menolong dari film ini adalah kemampuan aktornya yang memerankan karakter tersebut dengan baik. Jujur saja filmnya memang bagus, tapi jika kembali di kaitkan dengan novelnya ya.... begitu lah.

Sunday, March 30, 2014

Review: Touche #2 Alchemist

Judul: Touche Alchemist
Penulis: Windhy Puspitadewi
Terbit: Maret 2014
Tebal: 224 Halaman
Harga: Rp 48.000
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis
Hiro Morrison, anak genius keturunan Jepang-Amerika, tak sengaja berkenalan dengan Detektif Samuel Hudson dari Kepolisian New York dan putrinya, Karen, saat terjadi suatu kasus pembunuhan. Hiro yang memiliki kemampuan membaca identitas kimia dari benda apa pun yang disentuhnya akhirnya dikontrak untuk menjadi konsultan bagi Kepolisian New York.

Suatu ketika pengeboman berantai terjadi dan kemampuan Hiro dibutuhkan lebih dari sebelumnya. Pada saat yang sama, muncul seseorang yang tampaknya mengetahui kemampuannya. Kasus pengeboman dan perkenalannya dengan orang itu mengubah semuanya, hingga kehidupan Hiro menjadi tidak sama lagi.

Review
Begitu melihat dari tampak luar saya langsung tertarik dengan rantai karbon dan reaksi yang terpampang di papan tulis. Maklum saja, gambar di cover tersebut juga berkaitan dengan jurusan yang saya ambil di bangku kuliah, Kimia.

Sebelum berhadapan dengan prolog dan bagian-bagian dari rangkaian cerita di dalam nya, saya sedikit bingung dengan keberadaan peta Manhattan, New York. Judul nya menggunakan penambahan "Alchemist" tetapi kenapa di dalam nya seperti mau belajar geografi. Ternyata makin ke belakang kita akan mengetahui alasan dibalik penyisipan peta ini.

Saturday, March 22, 2014

200 Peserta 40th GPU "Teenlit Gathering"

Bagi yang tidak termasuk dalam 200 pendaftar pertama, silahkan langsung datang pada tanggal 6 April 2014 di JCC. Tempat terbatas loh!

Data peserta dari @estikinatic belum termasuk. Buka gambar untuk melihat lebih jelas.
Bagi yang sudah mendapat sms konfirmasi terdaftar harap di simpan dan usahakan jangan sampai terhapus karena akan digunakan untuk mendapat goodie bag. Kecuali untuk pendaftar dari account @novelteenlit memang belum mendapat sms konfirmasi dan akan dikirimkan serentak pada 30 Maret 2014.