Saturday, March 15, 2014
40th GPU: Teenlit Gathering
Catat tanggal nya, jangan sampai terlewat!
Hari/ Tanggal: Minggu, 6 April 2014
Tempat: Assembly Hall, JCC Senayan
Selain Lexie Xu dan Esti Kinasih, akan ada penulis-penulis lain nya yang akan turut berpartisipasi pada acara ini. Apakah ada penulis kesayangan mu? Cek nama nya di bawah ini.
1. Mia Arsjad ✎Lululergic, JUN!!!, Miss Cupid, Runaway
2. Misna Milka ✎Tiga Bianglala
3. Annisa Ihsani ✎Teka-Teki Terakhir
4. Clio Freya ✎Eiffel, Tolong!, From Paris to Eternity
5. Wiwien Wintarto ✎The Unfunniest Comedy, Kumcer Bukan Cupid
6. Luna Torashyngu ✎Lovasket series, Golden Bird series, Pelangi Untuk Rida, Victory, Dua Rembulan, D'angel series, Mawar Merah series
7. Regina Feby ✎Pangeran Untuk Putri
8. Orinthia Lee (Gramedia Writing Project) ✎Teater Boneka
9. Lea Agustina Citra ✎Flavia de Angela, Flavia Fights Back, Kumcer Bukan Cupid
10. Christina Juzwar ✎Love Lies, It Takes Two to Love, Kumcer Bukan Cupid
11. Tsaki Daruchi (Gramedia Writing Project) ✎Hujan Daun-Daun
12. Janita Jaya ✎Corsage, Mencari Masa Lalu, Kumcer Bukan Cupid
13. Putra Zaman (Gramedia Writing Project) ✎Hujan Daun-Daun
14. Irena Tjiunata ✎The Twins Exchange, Langit Untuk Luna, Online Addicted, Kumcer Bukan Cupid
15. Lidya Renny Chrisnawaty (Gramedia Writing Project) ✎Hujan Daun-Daun
16. Valleria Verawati ✎Rahasia, Nggak Usah Jaim Deh, Bidadari di Bawah Hujan, Kumcer Bukan Cupid
17. Pricillia A.W. ✎First Love Dilemma, Zero Class, Kumcer Bukan Cupid
18. Janice Nathania ✎Love Command series
19. Ceko ✎Miss Lebay
20. Bella Hutabarat ✎Memogana
21. Elvira Natali ✎Janji Hati
Tuesday, July 23, 2013
Flash Fiction: Sweet Graduation
“IPA 3”. Nama kelasku dipanggil oleh MC malam pelepasan hari ini. Kami yang sudah berbaris, mulai memasuki gedung sambil diiringi lagu yang dinyanyikan tim paduan suara guru-guruku. Rasanya.....DAG DIG DUG DUEERRR! Huh. Akhirnya ya, malam ini puncaknya segala suka duka selama 3 tahun berstatus murid SMA. Entah harus senang atau sedih. Sepertinya dua rasa itu bercampur aduk dengan rasa lainnya. Jadi hasilnya tak karuan.
Sesampainya di barisan kursi yang akan kami duduki, aku melihat layar yang menampilkan video saat MOS dulu. Ya ampuuunn, masa-masa cupu aku dan teman-temanku. Masa-masa dikerjai kakak kelas. Masa-masa yang menyenangkan dan tidak akan terlupakan. Dan.... Oh, itu si............ Aldi! Hahahahaha dia lucu sekali saat itu! Duh, melihat Aldi di video itu aku jadi flashback sendiri. Saat MOS hari ketiga di Mekarsari, saat aku kesusahan membawa barang bawaanku yang teramat berat sampai kerepotan dan akhirnya jatuh. Aldi membantuku berdiri kembali dan membawakan setengah barang bawaanku. Sejak saat itu, aku kagum atau suka atau apalah namanya. Dan rasa itu, masih sampai saat ini.
“Sa, lo nangis?” Dea menyadarkanku dari lamunan tentang Aldi.
“Hah? Ngg... Iya hehe. Duh, melankolisnya keluar deh. Gue sedih ngeliat video itu.” Aku tak sadar kalau aku sampai nangis kayak gini.
“Dasar si melankolis. Oh iya, tadi ada Aldi haha”
“Iya gue ngeliat kok. Gara-gara itu gue jadi flashback dan nangis kayak gini.”
“Iya? Ya ampun, lo sampai kapan mau nyimpen rasa itu? Ini udah akhir lho.”
Aku hanya mengangkat bahuku mendengar perkataan Dea, sahabatku.
“Gue punya ide! Lo harus bilang itu sama Aldi, malam ini! Lo juga harus foto bareng sama dia, nanti setelah kita dikalungin medali sama kepsek.”
“HAH? Nggak nggak. Gila. Gue nggak senekat itu.”
“Eh, harus nekat kali. Nggak ada waktu lain. Ini moment yang pas. Kayak di lagu kesukaan lo, And if you got something that you need to say you better say it right now cause you don't have another day.” Dea menyanyikan sepenggal lirik lagu Vitamin C-Graduation(Friends Forever).
Benar juga ya. Hmm.. Nekat sekali-kali nggak papa deh. Besok kan aku dan teman-teman lainnya sudah kembali ke Bekasi, aku juga tidak se-bis dengan dia. Kalau di cihampelas, nanti palingan juga nggak ada kesempatan. Terus kapan dan gimana mau bilangnya? Aku juga nggak tau dia akan meneruskan kuliah atau kerja dimana.
“Oke. Tapi lo bantuin gue.” Aku menghembuskan nafas. Semangat Alsaaa!!!
Huwaaaaaa akhirnya tadi aku berani nyamperin Aldi di barisan bangku kelasnya! Eh, ditemenin Dea deh. Hehehe. Dia ramah banget nyambut kedatanganku. Cieelaahh. Senangnya kebangetan deh! Dia mau foto bareng sama aku, beberapa kali malah. Kami juga sempat ngobrol dan obrolan kami itu ditutup dengan pernyataan aku. Pernyataan kalau aku suka sama dia sejak MOS dan rasa itu masih bertahan sampai sekarang. Dia cukup kaget mendengarnya. Lalu dia tersenyum, belum berkata apapun juga di detik ke 15. Rajin banget ya aku hitungin waktu kayak gitu? Aku jadi salah tingkah karena diamnya dia, sampai aku pamit nggak jelas karena rasanya maluuuu banget. Aku pikir dia pasti mikir yang enggak-enggak tentang aku. Jadi, aku putuskan untuk pergi. Tapi, saat aku mau mulai melangkah, dia menahanku.
“Tunggu, Sa. Jangan pergi.” Aku membalikkan badan. Dia menatapku dengan tajam. Aduh, aku nggak kuat dengan tatapan itu. “Aku juga suka sama kamu... Sejak kita MOS ” Sambung Aldi. Aku melotot. Apaaa? Aku nggak salah dengar kan?!!! Kyaaaaaaaaa. Ternyataaaa. Huh. Malam yang sangat menyenangkan! Aku pasti mimpi indah.
Sesampainya di barisan kursi yang akan kami duduki, aku melihat layar yang menampilkan video saat MOS dulu. Ya ampuuunn, masa-masa cupu aku dan teman-temanku. Masa-masa dikerjai kakak kelas. Masa-masa yang menyenangkan dan tidak akan terlupakan. Dan.... Oh, itu si............ Aldi! Hahahahaha dia lucu sekali saat itu! Duh, melihat Aldi di video itu aku jadi flashback sendiri. Saat MOS hari ketiga di Mekarsari, saat aku kesusahan membawa barang bawaanku yang teramat berat sampai kerepotan dan akhirnya jatuh. Aldi membantuku berdiri kembali dan membawakan setengah barang bawaanku. Sejak saat itu, aku kagum atau suka atau apalah namanya. Dan rasa itu, masih sampai saat ini.
“Sa, lo nangis?” Dea menyadarkanku dari lamunan tentang Aldi.
“Hah? Ngg... Iya hehe. Duh, melankolisnya keluar deh. Gue sedih ngeliat video itu.” Aku tak sadar kalau aku sampai nangis kayak gini.
“Dasar si melankolis. Oh iya, tadi ada Aldi haha”
“Iya gue ngeliat kok. Gara-gara itu gue jadi flashback dan nangis kayak gini.”
“Iya? Ya ampun, lo sampai kapan mau nyimpen rasa itu? Ini udah akhir lho.”
Aku hanya mengangkat bahuku mendengar perkataan Dea, sahabatku.
“Gue punya ide! Lo harus bilang itu sama Aldi, malam ini! Lo juga harus foto bareng sama dia, nanti setelah kita dikalungin medali sama kepsek.”
“HAH? Nggak nggak. Gila. Gue nggak senekat itu.”
“Eh, harus nekat kali. Nggak ada waktu lain. Ini moment yang pas. Kayak di lagu kesukaan lo, And if you got something that you need to say you better say it right now cause you don't have another day.” Dea menyanyikan sepenggal lirik lagu Vitamin C-Graduation(Friends Forever).
Benar juga ya. Hmm.. Nekat sekali-kali nggak papa deh. Besok kan aku dan teman-teman lainnya sudah kembali ke Bekasi, aku juga tidak se-bis dengan dia. Kalau di cihampelas, nanti palingan juga nggak ada kesempatan. Terus kapan dan gimana mau bilangnya? Aku juga nggak tau dia akan meneruskan kuliah atau kerja dimana.
“Oke. Tapi lo bantuin gue.” Aku menghembuskan nafas. Semangat Alsaaa!!!
*****
Huwaaaaaa akhirnya tadi aku berani nyamperin Aldi di barisan bangku kelasnya! Eh, ditemenin Dea deh. Hehehe. Dia ramah banget nyambut kedatanganku. Cieelaahh. Senangnya kebangetan deh! Dia mau foto bareng sama aku, beberapa kali malah. Kami juga sempat ngobrol dan obrolan kami itu ditutup dengan pernyataan aku. Pernyataan kalau aku suka sama dia sejak MOS dan rasa itu masih bertahan sampai sekarang. Dia cukup kaget mendengarnya. Lalu dia tersenyum, belum berkata apapun juga di detik ke 15. Rajin banget ya aku hitungin waktu kayak gitu? Aku jadi salah tingkah karena diamnya dia, sampai aku pamit nggak jelas karena rasanya maluuuu banget. Aku pikir dia pasti mikir yang enggak-enggak tentang aku. Jadi, aku putuskan untuk pergi. Tapi, saat aku mau mulai melangkah, dia menahanku.
“Tunggu, Sa. Jangan pergi.” Aku membalikkan badan. Dia menatapku dengan tajam. Aduh, aku nggak kuat dengan tatapan itu. “Aku juga suka sama kamu... Sejak kita MOS ” Sambung Aldi. Aku melotot. Apaaa? Aku nggak salah dengar kan?!!! Kyaaaaaaaaa. Ternyataaaa. Huh. Malam yang sangat menyenangkan! Aku pasti mimpi indah.
Nikmatun Aliyah Salsabila [10 Terbaik - Juara 1]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU
Flash Fiction: Aku, Kamu, dan Hujan
Aku merindukanmu.
Satu kalimat yang selalu terlintas dalam benakku
Apa kabarmu?
Satu pertanyaan yang selalu menghantuiku,
saat aku menatap langit mendung berawan
Masih ingatkah kau pada saat itu?
Saat rintik hujan membasahi tanah,
saat gerimis menyenandungkan kebersamaan kita.
Aku rindu masa itu.
Kini, hujan bercerita kepadaku,
Tentang waktu yang kembali ke masa itu.
Cerita tentang kita,
yang menjadi kepingan dari cinta yang tak sempurna
Cerita tentang aku, kamu, dan hujan.
Steven.
Satu nama yang selalu terlintas saat hujan turun, dan sekarang perih masih menggelayuti hatiku. Aku langkahkan kakiku di tanah pekuburan ini, mendung masih bertahan di langit sana. Kuhentikan langkahku saat aku tiba di sana, di tempatmu berada. Pusara dengan namamu itu sudah berkali – kali kukunjungi.
Aku masih ingat saat itu, saat kamu datang ke taman itu, dengan pakaian basah kuyup karena hujan mengguyurmu. Saat kamu menyatakan cintamu kepadaku. Tapi empat tahun kemudian, hujan juga yang telah mengambilmu dariku. Untuk selamanya, dalam tabrakan maut itu. Saat itu ibumu menelepon, mengabarkan bahwa kamu telah pergi, tanpa meninggalkan sepatah katapun untukku. Saat itu dunia terasa menjadi lebih gelap. Tangispun sia-sia, karena saat itu, tetes air mata takkan sanggup membuatmu kembali ke sisiku.
Lama aku berdiri diam di sana, mengucap semua kata rindu dalam hati. Mengucap doa untukmu. Mencoba kembali merasakan kehadiranmu di sini.
“ Li, ayo kita pulang. Kamu sudah dua jam di sini. ” Kata Dion.
Aku masih bergeming di tempatku berlutut.
“ Lia “ Katanya sambil menyentuh bahuku. “ Kamu nggak bisa begini terus, kamu harus mencoba merelakannya. Ini udah empat tahun “
“ Aku udah ikhlas kok Di. Aku cuma kangen. “ Sahutku lirih.
Aku berdiri. Setelah menatap beberapa detik ke arah langit yang mulai gerimis, aku berjalan perlahan meninggalkan pusaramu, bersama Dion yang menuntunku. Kupandang langit lagi setelah beberapa langkah. Kepada gerimis yang turun, kubisikkan cintaku untukmu. Berharap pesan itu akan sampai kepadamu di sana.
Josephine Adelia [10 Terbaik]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU
Flash Fiction: My Edelweiss
Dimulai dari langit yang sangat gelap dipenuhi taburan bintang yang bersinar , aku berada di sebuah mobil yang terus berjalan menyusuri beberapa kota menuju Gunung yang akan didaki. Diam dengan rasa lelah kami beristirahat sejenak dengan beralaskan matras dan diselimuti parasit menghabiskan sisa malam.
Terlihat jelas sunrise yang begitu indah. Tepat didepanku terhampar luas lautan berwarna hijau berbentuk segitiga sehingga terlihat jelas jalur – jalur yang berliku. Aku bersama sahabat – sahabatku mulai merapihkan peralatan dan persiapan pendakian. Aku mulai menyusuri jalur yang terus beranjak seperti ular tangga. Semangat pendakian bersama sahabat - sahabat yang tak kenal lelah dan memiliki sebuah mimpi berada diatas puncak dengan langit senja berwarna merah tembaga.
Pepohonan hijau, udara yang segar membuat aku dan sahabat – sahabatku semakin semangat menyusuri jalur itu. Akhirnya kita tiba disebuah puncak yang dikelilingi padang luas berwarna biru dan putih. Aku mencoba berteriak sambil melompat-lompat dan berpelukan bersama sahabat-sahabatku. Kemudian mataku terarah pada sebuah bunga berwarna putih suci sebagai symbol keabadian, aku berniat memetik dan menyimpannya untuk seseorang yang aku cintai. Senja pun tiba, aku dan sahabat – sahabatku berniat untuk pulang, setengah perjalanan sudah ditelusuri dan aku tersandung pada sebuah bongkahan batu yang besar sehingga aku terperosok disebuah jurang yang sulit aku ketahui seberapa dalamnya. Aku berteriak meminta pertolongan, sahabatkupun mulai sigap menolongku dengan sebuah tali. Aku merasakan kesakitan saat bejalan dan tubuh yang tidak sanggup untuk aku gerakan. Hanya satu yang ingin aku selamatkan saat itu adalah bunga keabadian.
Keadaan yang sulit aku ungkapkan karena kejadian di gunung itu. Terbaring lemas aku di rumah sakit dengan tubuh yang sulit sekali untuk digerakan. Saat aku membuka mata ada sosok wanita berambut bergelombang seperti ombak dengan mata yang sembab. Aku mencoba mengerakan tanganku agar dia sadar bahwa aku ingin menyentuhnya, Wanita itu ternyata sahabat terbaikku. Tangisan yang tak henti-hentinya, sambil mencoba menggenggam tanganku. Aku berusaha berkata, agar sahabatku mengerti dan mencoba memahami apa yang aku katakan. Dia meninggalkanku, mengambil celana yang aku pakai saat pendakian dan mengambil setangkai edelweis dari kantongku yang akan diberikan kepada seseorang yang aku cintai. Sahabatku menangis, memelukku dan berjanji bunga keabadian ini adalah symbol keabadian cintamu terhadapnya.
Terlihat jelas sunrise yang begitu indah. Tepat didepanku terhampar luas lautan berwarna hijau berbentuk segitiga sehingga terlihat jelas jalur – jalur yang berliku. Aku bersama sahabat – sahabatku mulai merapihkan peralatan dan persiapan pendakian. Aku mulai menyusuri jalur yang terus beranjak seperti ular tangga. Semangat pendakian bersama sahabat - sahabat yang tak kenal lelah dan memiliki sebuah mimpi berada diatas puncak dengan langit senja berwarna merah tembaga.
Pepohonan hijau, udara yang segar membuat aku dan sahabat – sahabatku semakin semangat menyusuri jalur itu. Akhirnya kita tiba disebuah puncak yang dikelilingi padang luas berwarna biru dan putih. Aku mencoba berteriak sambil melompat-lompat dan berpelukan bersama sahabat-sahabatku. Kemudian mataku terarah pada sebuah bunga berwarna putih suci sebagai symbol keabadian, aku berniat memetik dan menyimpannya untuk seseorang yang aku cintai. Senja pun tiba, aku dan sahabat – sahabatku berniat untuk pulang, setengah perjalanan sudah ditelusuri dan aku tersandung pada sebuah bongkahan batu yang besar sehingga aku terperosok disebuah jurang yang sulit aku ketahui seberapa dalamnya. Aku berteriak meminta pertolongan, sahabatkupun mulai sigap menolongku dengan sebuah tali. Aku merasakan kesakitan saat bejalan dan tubuh yang tidak sanggup untuk aku gerakan. Hanya satu yang ingin aku selamatkan saat itu adalah bunga keabadian.
Keadaan yang sulit aku ungkapkan karena kejadian di gunung itu. Terbaring lemas aku di rumah sakit dengan tubuh yang sulit sekali untuk digerakan. Saat aku membuka mata ada sosok wanita berambut bergelombang seperti ombak dengan mata yang sembab. Aku mencoba mengerakan tanganku agar dia sadar bahwa aku ingin menyentuhnya, Wanita itu ternyata sahabat terbaikku. Tangisan yang tak henti-hentinya, sambil mencoba menggenggam tanganku. Aku berusaha berkata, agar sahabatku mengerti dan mencoba memahami apa yang aku katakan. Dia meninggalkanku, mengambil celana yang aku pakai saat pendakian dan mengambil setangkai edelweis dari kantongku yang akan diberikan kepada seseorang yang aku cintai. Sahabatku menangis, memelukku dan berjanji bunga keabadian ini adalah symbol keabadian cintamu terhadapnya.
Isni Rindayani [10 Terbaik]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU
Flash Fiction: Untitled
Tiba-tiba takdir membawaku ke tempat ini lagi, tempat dimana aku dan kamu terbiasa menghabiskan waktu bersama. Tempat dimana aku dan kamu selalu menatap bintang yang sama, mengukir cerita tentang cinta, impian, juga cita-cita.
Aku melihat ini, rerumputan yang habis dimakan waktu namun tidak mampu menghilangkan jejak sepatu tua yang biasa kau gunakan sebagai alas duduk kita berdua. Aku mencium ini, bau basah tanah pada musim penghujan yang tak juga sanggup menyamarkan aroma tubuhmu yang membuatku damai.
Kau dan aku sepakat menyebut ini kenangan. Namun mampu kah hati ini bekerja sama menyudahi perasaan, saat harum sosokmu bahkan terasa sangat nyata ditempat ini?
Aku tak pernah menyangka akan ada hari dimana aku dan kamu dipisahkan atas nama takdir. Aku bahkan tak pernah sempat menyampaikan arti dari setiap desiran lembut dihatiku saat kamu menggenggam tangan ini, saat kamu merengkuh tubuh ini dalam pelukan lalu menyebarkan aroma khas yang selalu ku suka.
Aku menyukaimu bahkan terlanjur mencintai sosokmu yang begitu menenangkan. Tetapi takdir terus menjalankan tugasnya tanpa mau menungguku mengatakannya terlebih dahulu sebelum akhirnya kehilangan kamu untuk selama-lamanya. Bisakah kau merasakanku? Merasakan cinta tulus ini saat aku bahkan masih bisa merasakan sosokmu hadir disini, saat ini ditempat yang kau namakan dengan: surga aku dan kamu...
Shinta Amel [10 Terbaik]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
Aku melihat ini, rerumputan yang habis dimakan waktu namun tidak mampu menghilangkan jejak sepatu tua yang biasa kau gunakan sebagai alas duduk kita berdua. Aku mencium ini, bau basah tanah pada musim penghujan yang tak juga sanggup menyamarkan aroma tubuhmu yang membuatku damai.
Kau dan aku sepakat menyebut ini kenangan. Namun mampu kah hati ini bekerja sama menyudahi perasaan, saat harum sosokmu bahkan terasa sangat nyata ditempat ini?
Aku tak pernah menyangka akan ada hari dimana aku dan kamu dipisahkan atas nama takdir. Aku bahkan tak pernah sempat menyampaikan arti dari setiap desiran lembut dihatiku saat kamu menggenggam tangan ini, saat kamu merengkuh tubuh ini dalam pelukan lalu menyebarkan aroma khas yang selalu ku suka.
Aku menyukaimu bahkan terlanjur mencintai sosokmu yang begitu menenangkan. Tetapi takdir terus menjalankan tugasnya tanpa mau menungguku mengatakannya terlebih dahulu sebelum akhirnya kehilangan kamu untuk selama-lamanya. Bisakah kau merasakanku? Merasakan cinta tulus ini saat aku bahkan masih bisa merasakan sosokmu hadir disini, saat ini ditempat yang kau namakan dengan: surga aku dan kamu...
Shinta Amel [10 Terbaik]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU
Subscribe to:
Posts (Atom)