Aku selalu benci anak kecil itu. Dia selalu disayangi, diperhatikan, bahkan dia diistimewakan. Aku tidak tau apa yang orang-orang liat dari anak kecil ini, dia hanya anak laki-laki berumur 5 tahun, menyebalkan, dan uhh... intinya dia menyebalkan. Entahlah kenapa aku sangat membencinya, mungkin karena nasib dia begitu beruntung dibanding denganku. Aku dan Azka adalah kakak adik. Aku berumur 17 dan perbedaan kami sangat jauh. Aku ditumbuhkan sebagai remaja cantik, yang dulunya sangatlah disayangi orangtuaku, keluarga besarku, bahkan mereka sangat memperhatikan hal kecil tentangku, seperti keseharianku diluar rumah, apa yang aku suka, teman laki-lakiku, dan semuanya. Tapi tidak lagi, semenjak anak itu hadir dibumi ini. Perhatian seluruh keluarga ini terpengaruh dalam kebiusan matanya yang coklat dan pipinya yang selalu menggembung.
Semua orang menyukainya, tidak dengan aku. Karena anak kecil itu, ketika aku sakit, aku tidak diperhatikan lagi, padahal, sakitku dengan Azka hanya beda 3 hari yang setelah itu disusul aku, sedangkan semua, memberikannya semangat agar Azka cepat sembuh, menyayanginya, memperhatikannya, dan menjaganya. Aku memang sudah besar, tapi aku juga tetap membutuhkan kasih sayang keluargaku, terutama orangtuaku. Aku membutuhkan itu kembali!!!
Maka, ketika aku diberikan kepercayaan merawat Azka, aku menerimanya dengan senang hati, memperlihatkan senyum manisku yang selalu kupajang ketika harus merawat Azka. Ketika rumah sudah sepi, aku melihat Azka sedang bermain dengan bola kecil yang digenggamnya. Aku tersenyum kepadanya, dan diapun ikut tersenyum, melihat itu aku menggeram dan langsung menggendongnya. Lalu, dengan hati-hati dan memastikan tidak ada yang melihat, aku menaruh Azka dibelakang kemudi mobil, dan ketika sudah sampai ditempat tujuan. Aku menaruh Azka begitu saja dilantai, membiarkan Azka merasakan dinginnya lantai marmer yang tanpa alas, sambil memberinya bola biru bertuliskan ‘Azka’. Dan aku sudah melaksanakan tugasku, menaruh Azka jauh dari kehidupanku. Di gudang sebuah rumah tua. Dan tidak lama lagi, Azka memang akan benar-benar jauh dari kehidupanku. Aku pun tersenyum, dan menutup pintu gudang rapat-rapat.
Hari sudah siang, dan aku memutuskan untuk kembali ke rumah sambil menenteng Milkshake Coklat kesukaanku, dan ketika aku ke rumah, suasana membuatku tercengang. ‘Happy Birthday Azki 18th. We Always Love You’ banner besar itu ada didinding rumah, dan semua keluarga besarku, tersenyum, membawa kue, dan kado, sambil menghampiriku mengucapkan selamat, doa, dan semua tidak dapat mengubah kesadaranku. Aku tetap diam. Mamaku menghampiriku, dan memberikan aku sebuah gambar yang tidak jelas tapi meskipun begitu aku tau kalau itu adalah aku. Dan disudut kanan atas ada tulisan yang membuatku semakin diam tanpa kata-kata ‘Azka sayang kakak Azki yang baik’.
“Azka buat ini untuk kamu, kamu tau kan kalau adik kamu itu suka gambar, liat nih muka kamu, ini buatan dia loh, dia buat ini hampir seminggu, buatnya dikamar mama. Sampe dia gak mau tidur kalau belum nyelesain. Lucu ya adik kamu.. Eh.., loh..., Azki..., Mau kemanaa???”
Aku tidak memperdulikan suara teriakan mama, aku mengemudikan mobil seperti orang kesetanan, tidak memperdulikan setiap mobil-mobil yang membunyikan klaksonnya. Ketika sampai, aku berlari, menerobos, dan membuka pintu gudang dengan tidak sabar. Dan ketika pintu itu terbuka, bau anyir tercium, dan kulihat adikku, duduk lemas bersandarkan dinding. Aku menghampirinya, memeluknya, dan aku mendengar suara yang selama ini ingin sekali aku enyahkan, dia mengatakan “Azka sayang kakak Azki”
Claudia Putri [10 Terbaik - Juara 2]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU
No comments:
Post a Comment