“Woy, Net! Pagi gini udah bengong. Lo kenapa?” Ria menepuk pundakku dan membuyarkan lamunanku.
“Aduh, Riaaaaa! Bikin kaget aja deh lo.” sahutku kesal. Melihat mukaku ditekuk, Ria malah tertawa sambil menaruh tasnya dan duduk disampingku. Yap! Ria adalah sahabatku sejak SMP. Selama di SMA kami duduk satu meja, dan hal itu yang membuat kami sangat akrab.
“Lo kenapa, Net? Mikirin Vino lagi ya?” Ria menatapku lembut sambil mengusap bahuku. Mendengar nama itu, pikiranku kembali kepada kejadian tahun lalu. Kejadian kecelakaan yang membuat orang yang kusayangi memejamkan mata untuk selamanya. Kecelakaan yang membuatku kehilangan teman masa kecilku, sekaligus orang yang bisa membuatku tersenyum dalam keadaan apapun. Sekarang orang itu tak akan kembali lagi. Vino... Tiba-tiba mataku panas dan air mataku turun begitu saja.
“Udah ya, Net. Jangan nangis lagi. Oh iya, kan besok kita udah masuk masa liburan nih, kita jalan-jalan yuk? Ke rumah gue yang di Bogor. Mau ga? Sekalian ziarah ke makam Vino.” Aku hanya menunjukan ibu jariku, tanda setuju dengan sarannya itu.
*****
“Aduh, Neta. Ini dikit lagi kok, itu gapura makamnya udah kelihatan.” Aku mengalihkan pandangan ke arah yang dimaksud Ria.
Vino, sebentar lagi aku akan ketemu ama kamu.Vin, aku kangen... “Net, udah sampe nih. Ayo turun.” Ucapan Ria menyadarkanku. Kami menghampiri makam Vino, lalu berdoa dan meletakkan sebuket mawar di atas batu nisannya. ‘Telah beristirahat dengan tenang: STEVINO PRANATTA - 24 Februari 2012’ Aku menangis melihatnya, Ria merangkul pundakku dan berinisiatif untuk membawaku kembali ke mobil.
Tiba-tiba ada seorang cowok yang mengulurkan tangannya dihadapanku. “Gio.” satu kata keluar dari. Aku dan Ria hanya diam tanpa membalas. “Sorry. Gue Gio, sahabatnya Vino. Lo Neta kan?” tanyanya sambil melihat ke arahku, aku pun hanya mengangguk. “Gue boleh ngomong sebentar ama lo? Berdua aja.” Mendengar perkataan Gio, Ria langsung melihat ke arahku sambil memberi isyarat bahwa dia akan menunggu di mobil. Sejenak kami berdua hanya berdiam.
“Ada apa?” tanyaku akhirnya.
“ Vino sering banget cerita tentang lo, bahkan hampir setiap ketemu ama gue. Buat dia, elo itu berarti banget, Net. Dia pernah bilang, kalo suatu saat dia gak bisa jagain lo lagi, dia mau gue yang jagain lo.” Aku tidak bisa berkata apa-apa. “Net, lo baik-baik aja kan? Gue berusaha cari tau keadaan lo, tapi susah banget. Dan akhirnya gue ketemu lo disini. Lo lagi liburan kan disini? Boleh minta nomor lo?” Karena malas berlama-lama, aku pun mengambil pulpen dan menuliskan sederet angka di tangannya, lalu segera pergi. Vino, siapa dia? tanyaku dalam hati.
*****
Aku berpikir kalau Gio hanya main-main dengan perkataanya, dan ternyata dugaanku salah. Setiap hari dia mengirimiku sms, menelponku, bahkan mengajakku jalan-jalan. Gio, orang yang baik, lucu, humoris dan aku merasa nyaman berteman dengannya. Dan menurut Ria pun, Gio pribadi yang menyenangkan. Aku sangat menikmati dua minggu liburanku bersamanya. Sampai tiba saatnya aku harus pulang ke Jakarta dan Gio mengajakku untuk mengunjungi makam Vino lagi. Hanya aku.
*****
Gio duduk di samping makam Vino, “Net, gue ngajak lo kesini karena mau minta ijin ama sahabat gue.” Aku hanya terdiam menatap makam orang yang paling kusayangi itu. “Vin. Gue janji akan melindungi orang yang paling lo sayang ini. Dan gue harap, lo memberi ijin untuk gue menyayangi dia.” Pandangan Gio pun beralih ke arahku, “Reneta, gue gak mau liat lo sedih terus. Mungkin memang kita baru ketemu, tapi percayalah bahwa gue udah kenal lo dengan baik, melalui Vino. Hujan di hati lo biar berhenti sekarang, Net. Percayakan gue sebagai pelangi yang akan menghapus hujan itu.” Aku sudah tak mampu berkata-kata lagi. Kemudian Gio melanjutkan pernyataannya, “gue memang bukan Vino. Tapi, gue bisa berusaha memberikan yang terbaik buat lo.” Tanpa kusadari air mataku terus membasahi kedua pipiku. Gio menghampiriku dan memelukku. Di bahunya lah semua air mataku jatuh tanpa terkendali.
“Terimakasih, Gio.” Hanya itu yang mampu kukatakan dan kurasa Gio mengerti maksud dari ucapanku. Hujan akan segera berakhir. Dan pelangi itu akan segera datang. Terimakasih Vino telah mengenalkan dia untukku, ucapku dalam hati.
Oktofiani Suharli [10 Terbaik]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU
No comments:
Post a Comment