Thursday, July 18, 2013

Flash Fiction: Dari Buku Jadi Cinta

Semua berawal dari kecintaanku terhadap buku, kebiasaan membacaku sejak kecil membawaku kepada hari ini dimana setiap satu bulan sekali aku rutin mengunjungi toko buku Gramedia di kotaku. Aku dikenal sebagai gadis remaja rumahan yang gemar membaca. Hingga aku mengenal cinta pun lewat membaca. Ya tepatnya aku belum pernah jatuh cinta.

Aku melangkah dengan cepat menuju toko buku, hingga seorang lelaki bertopi menabrakku dengan keras dari arah samping, dan membuat kami terjatuh tapi lelaki bertopi itu segera bangkit dan berkata “Ups sorry, lagi buru-buru nih ”. Lalu dia meninggalkanku yang masih terduduk di lantai. Bukannya apa-apa selain aku kaget tapi juga terpesona oleh sosok ganteng lelaki yang tadi menabrakku. “Kenapa gak seperti adegan di televisi sih, habis nabrak terus ngajak kenalan “, ocehku sambil lalu masuk ke toko buku yang hanya tinggal beberapa langkah lagi.

Aku berkeliling mengitari rak-rak yang berjajar rapih untuk mencari buku yang hendak aku beli. Saat aku melewati rak ke empat, betapa terkejutnya aku karna menabrak seorang lelaki bertopi. Dan itu lelaki yang tadi menabrakku. Ya tuhan kenapa dia lagi, batinku. Aku melihat ekspresi yang sama pada raut wajahnya. Kali ini aku yang salah, maka ku beranikan diri untuk sekedar bicara “Hmm maaf ya gak sengaja”, ucapku malu-malu. Entah kenapa kata-kata ku barusan dia balas dengan senyum geli, huh sebal memang ada yang salah dengan kata-kataku barusan?. “Sekarang impas ya?satu sama“ ucapnya masih dengan senyumnya yang seakan membuatku meleleh.

Kami kembali sibuk masing-masing, tapi sungguh aku tidak bisa konsentrasi dan terus saja melirik lelaki bertopi yang kini hanya berjarak beberapa langkah dari tempatku berdiri. Beberapa kali kugeleng-gelengkan kepalaku untuk menepis keingin tahuanku pada lelaki itu. Aku mengambil buku yang lain pada rak buku, tapi ada tangan lain yang juga sudah memegang buku itu. Lelaki bertopi tadi, dan sialnya buku itu hanya tinggal satu. Dengan sama-sama tidak mau mengalah terjadi adegan tarik menarik buku tersebut. Hingga aku melepas genggamanku pada buku itu, karena tarikannya yang lebih kuat. “Aku yang lihat buku itu duluan“, Protesku.
“Tapi aku lebih butuh buku ini“ Balasnya.
“Aku juga butuh buku itu“ Kataku tak mau mengalah.
“ Oke kalo gitu sekarang kita tanya petugasnya apa masih ada lagi buku ini“. Lelaki itu celingukan mencari petugas toko buku dan segera menghampiri saat dilihatnya salah satu petugas yang sedang membereskan buku di pojok rak.

Aku mengekor dari belakang dan hanya terdiam menyaksikan lelaki itu berbincang dengan petugas yang segera memeriksa stok buku di komputer. Tidak perlu waktu lama untuk mengetahui kalau buku itu hanya tinggal satu, sehingga memunculkan ekspresi wajah yang tidak jauh berbeda dari kami. “Sudah jangan cemberut begitu, buku ini aku bawa ya. Kenalkan namaku Lingga“, dia mengulurkan tangan. “Keyla“, aku membalas uluran tangannya dengan malas, jelas sekali terlihat senyum puas dari wajahnya.
“ Berapa nomor telfon kamu?” tanyanya sesaat setelah ia mengeluarkan handphonenya.
Aku tak langsung mejawab karena bingung. “Lain kali kalo kamu mau, kamu boleh kok pinjam buku ini. Berapa nomer kamu?” katanya lagi.

Aku menyebutkan deretan angka yang segera dia catat dalam handphonenya, dan tak lama setelah itu handphone ku bergetar.

“Itu nomerku, jangan lupa telpon aku kalau kamu mau pinjam buku ini ya“, katanya sambil berlalu meninggalkanku.

Aku masih saja terdiam di tempat, entah apa yang ku rasakan. Rasanya kesal karena buku yang aku cari direbut oleh Lingga, tapi aku juga senang baru kali ini ada yang mau mengajakku kenalan. Rasanya jantungku berdebar lebih cepat. Ya mungkin lain hari aku akan mencoba menelfon nya. Itu pun kalau aku berani bicara. Apa ini yang disebut cinta? ☺

Vintania Sari [10 Terbaik]
Gramedia Matraman 29 Juni'13

9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU

No comments:

Post a Comment