Tuesday, July 23, 2013

Flash Fiction: Pilihan Hati

Mata kami bertautan, bertemu di satu titik. Aku bergeming. Tak menyangka akan melihat mata hitam dibalik bingkai kaca itu kembali. Mata milik seorang laki-laki di masa lampau.

“Kau…,” ia menunjuk ke arah ku, “Kau, apa kabar?” Ia menyunggingkan senyumnya.
         
Aku tertegun melihat senyumnya. Senyuman yang selalu menyapa ku di pagi hari, dulu. Bertahun-tahun yang lalu, “Aku, aku baik baik saja. Kau sendiri?” Jawab ku terbata-bata.
         
Belum sempat laki laki di hapanku menjawab, seseorang menyentuh lengan ku. Aku menoleh. Ah, ternyata Fatan, kekasih ku. Aku memandang mereka secara bergantian. Dua laki laki penghias hidupku. Namun bedanya, laki laki berkacamata di hadapanku hadir bertahun-tahun yang lalu. Dan Fatan, tak lebih dari orang yang baru ku kenal dua tahun yang lalu. Dan sampai saat ini terus menemani ku.

Aku bergeming. Tiba tiba kenangan itu muncul kembali. Seperti sebuah kaset yang di putar. Aku terlempar saat aku bertemu dengan laki laki berkacamata itu. Saat aku menemukannya di perpustakaan sekolah. Kemudian samar samar aku melihat bayangan saat kami berjalan berdua. Memecah hujan di kala senja. Lalu saat ia mengucapkan cinta. Saat kami berjalan menelusuri kota. Atau saat berlibur di luar kota. Dan.., saat ia mencium kening seorang wanita. Bukan kening ku, melainkan kening teman ku.

Aku mendesah dalam hati. Apakah aku masih mencintainya? Tanya ku sendiri. Waktu yang kami lalui tak sebentar. 3 tahun, 3 tahun kami merajut kasih. Bukan hanya kisah yang hilang lalu di sapu angin. Bukan kisah yang tenggelam bersama gelombang. Bukan kisah yang ditelan oleh waktu dan keadaan. Namun kisah yang membuat ku senang sekaligus sedih saat teringatnya.

Namun aku yakin, aku tidak mencintainya. Atau lebih tepatnya, pernah mencintainya. Ia sudah mempunyai kesempatan bersama ku, dulu. Namun ia menyia-nyiakan begitu saja. Dan bertahun-tahun yang lalu aku berjuang untuk bangkit. Bangkit dari segala keterpurukan. Aku tak ingin mengulang nya kembali. Maka biarkan aku mencari obat untuk sayap sayap ku yang telah patah. Dan aku menemukan Fatan. Laki laki yang menjadi obat dari segala kepiluan.
         
Setelah berbincang-bincang sebentar, aku dan Fatan berpamitan. Meninggal laki laki berkacamata itu sendirian. Aku menggamit lengan Fatan, ku pandang ia dalam-dalam. Dan ini lah pilihan ku. Aku yakin tidak salah, Aku mencintainya. Biarkan aku pergi Rian, kenanganmu mungkin masih terkenang. Namun aku yakin, hati ku telah memilih Fatan. Maka biarkan aku bahagia bersamanya. Aku juga ingin membuktikan padamu; bahwa aku, atau wanita lainnya tak pantas untuk di sia-siakan. Dan semoga kau juga bahagia dengan pengganti ku. Ucap ku dalam hati.

Fatimah Asriani [10 Terbaik]
Gramedia Matraman 29 Juni'13
9th Anniversary & Gathering Teenlit GPU

No comments:

Post a Comment